Pada Paragraf yang Begitu Singkat
Pada paragraf yang begitu singkat.
Kau sempat menulis bekas luka.
Di sana kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf sambil belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tak bersahabat dengan waktu dan sisa rindu di sela kata terlalu lemah untuk patuh pada air matamu.
Tak ada jeda untuk kau tinggal disini.
Biarkan aku membiarkanmu pergi.
Biarkan aku membiarkanmu pergi
Pada paragraf yang begitu singkat ada ingatan yang berkarat.
Disana, aku dan kau terperangkap dalam kalimat pasif yang tak paham bagaimana cara menunggu.
Sedangkan cintamu telah luput di titik terdekat dan langkahku telah lumpuh di tanda tanya terjauh.
Tak ada celah untukku pergi dari sini.
Biarkan aku membiarkanmu kembali.
Biarkan aku membiarkanmu kembali.
(Dikutip dari: Novel Cinta.)
Kau sempat menulis bekas luka.
Di sana kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf sambil belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tak bersahabat dengan waktu dan sisa rindu di sela kata terlalu lemah untuk patuh pada air matamu.
Tak ada jeda untuk kau tinggal disini.
Biarkan aku membiarkanmu pergi.
Biarkan aku membiarkanmu pergi
Pada paragraf yang begitu singkat ada ingatan yang berkarat.
Disana, aku dan kau terperangkap dalam kalimat pasif yang tak paham bagaimana cara menunggu.
Sedangkan cintamu telah luput di titik terdekat dan langkahku telah lumpuh di tanda tanya terjauh.
Tak ada celah untukku pergi dari sini.
Biarkan aku membiarkanmu kembali.
Biarkan aku membiarkanmu kembali.
(Dikutip dari: Novel Cinta.)
Komentar
Posting Komentar