Cerpen gaje, judulnya MANTAN :D

CERPEN-MANTAN-NADYA FEBRINA HUTAGALUNG
“gue mau kita putus”
“tapi kenapa?”
“lo bilang kenapa, setelah apa yang lo lakuin ke gue?” Diana pun pergi dengan amarah.
Kata- kata dan kejadian tersebut terus terngiang di otak Diana. Rasanya dia ingin melempar otaknya saat itu juga. Diana tidak habis pikir dengan pacarnya. Pacarnya selingkuh dengan adik kelasnya .
“cowok brengsek, sial !!! udah salah malah nggak mau ngaku salah lagi !!!”, Diana melampiaskan amarah nya kepada boneka beruang pink yang diberi pacarnya dulu sewaktu Diana berulang tahun.
“Ben brengsek !! “ Diana melemparkan boneka tersebut ke tembok. Hatinya saat itu sangat kacau, bagaimana tidak. Selama 7 bulan Diana berpacaran, ternyata sudah 4 bulan pacarnya selingkuh dibelakang Diana. Dan bodohnya Diana tidak tau itu. Setelah lelah melampiaskan amarah Diana pun tertidur.

Di sekolah.....
“hei na, muka lu kenapa murung gitu” Yusi bertanya kepada Diana.
“tau ahh, gue lagi gak mood” Diana menjawab dengan malas.
“kenapa lagi sih? Mikirin Ben lagi? Udahlah na. Cowok begitu nggak usah dipikirin. Cowok masih banyak, bukan dia aja. Memang brengsek aja itu si Ben”
”udah nggak usah sebut nama dia depan gue, males gue dengernya”
“iya maap, udah dong jangan gitu muka lo. Jelek tau ” Yusi tertawa melihat wajah Diana.
“sial, diem lu” Diana menjitak temannya dan mereka pun tertawa.
Diana senang, temannya masih mensuport dia. Memang saat ini Diana down banget. tapi dalam hatinya Diana bertekad untuk tidak mengingat mantannya itu lagi. Mungkin Diana memang bisa melupakannya, tapi hati Diana sedikit trauma dengan apa yang dinamakan cinta.
Diana ingat betapa indahnya dulu bersama Ben. Dia tidak habis pikir kenapa Ben berani selingkuh dibelakang Diana. Padahal hubungan mereka dibilang cukup baik. Ya paling hanya ribut-ribut biasa. Tapi perbuatan Ben kali ini tidak bisa dimaafkan.
“na, pulang sekolah nanti nonton band yuk” ajak Yusi .
“nggak ahh males gue”
“ayolah na. Daripada lo dirumah uring-uringan. Pasti mikirin Ben lagi, mendingan main sama kita-kita” ajak Indri .
“iya juga sih, yaudah deh gue ikut”
“nah gitu dong J” Intan memeluk Diana .
“wah keren ya bandnya” teriak Yusi. “alah bilang aja orangnya yang keren bukan bandnya. Alibi aja lo” Indri langsung menyindir Yusi,
“hehe tau aja lo. Ya biarinlah. Namanya juga remaja, hahah “
Diana hanya tersenyum melihat kelakuan temannya tersebut. Diana tidak terlalu fokus untuk menonton acara band tersebut. Pandangannya entah kemana. Tiba-tiba Diana melihat sosok yang tak ingin dilihatnya
“Ben??”
“aduh na, masih aja inget Ben. Kan dibilangin udah lupain aja”
“ih semprul, lo makanya liat kesitu. Disitu ada Ben”
“mana na?” Indri, Yusi, dan Intan mencari-cari sososk Ben.
Mereka melihat Ben sedang tertawa dengan teman-temannya.
“pulang yuk, gue males lihat dia”
“tapi na, acaranya kan belum selesai”
“yaudah terserah gue mau pulang” Diana meninggalkan teman-temannya. Ternyata Ben melihat Diana. Ben pun berusaha mengejar Diana yang terburu-buru meninggalkan tempat tersebut.
“Diana”  Ben memanggil Diana seraya menarik tangannya.
“maaf anda siapa ya ? saya lagi buru-buru ?” Diana menarik tangannya dan menghindar.
“na, maafin gue, gue bisa jelasin semuanya”
Diana tidak menghiraukan perkataan Ben. Diana semakin mempercepat langkahnya.
“ na gue mau ngomong sama lu”
“apalagi sih Ben, belum cukup sama apa yang udah lo lakuin ke gue? Lo mau apa lagi.”
“gue mau jelasin semuanya sama lo”
“mau jelasin apalagi. Semuanya udah cukup jelas buat gue”
“tapi gue nggak mau putus sama lo na”
“tapi gue mau putus sama lo”
“kalo gue nggak mau”
“peduli banget tenntang lo.”
Diana berlari meninggalkan Ben. Dia muak melihat wajah mantannya itu lagi. Hah, enak saja dia bilang gak mau putus. Lo pikir gue cewek bego apa. Segampang itu maafin kesalahan lo itu. Nggak !! gue nggak sebodoh itu. Rutuk Diana dalam hati.
Sesampainya di rumah, “ahh, kenapa sih dia masih muncul aja didepan gue” Diana merebahkan badannya ke tempat tidur.  Ketika Diana hampir terlelap, handphone Diana berbunyi “aduh siapa sih. Ganggu orang aja !” Diana meraih handphonenya dan melihat siapa yang menelfonnya. “Ben ?” Diana melihat nama yang tertera di handphonenya. “ngapain sih dia masih ganggu hidup gue”, Diana lalu mengangkat handphonenya. “na?” Diana hanya terdiam saja ketika Ben memanggil namanya. “maafin gue yaa?”
“Ben gue udah bilang, gue sama lo udah putus. Mendingan kita sekarang biasa lagi aja. Anggap aja kita nggak pernah kenal sebelumnya”
“tapi gue nggak bisa na”
“kenapa nggak bisa ? selingkuh dibelakang gue lo bisa kan ?”
“gue bakal berubah na” Ben memohon kepada Diana.
“bagus. Berubahlah. Tapi maaf gue nggak bisa nerima lo lagi Ben. Mungkin cewek lain bisa ngertiin lo. Tapi bukan gue.”
“tapi na. Satu kesempatan lagi”
“nggak ada kesempatan lagi buat lo dari gue. Tapi kesempatan dari cewek lain mungkin ada” Diana langsung mematikan handphonenya. Diana tau itu hanya taktik Ben saja yang ingin merebut hati  Diana kembali. Diana tau Ben tidak sepenuhnya berubah. Diana tau sifat Ben bagaimana soal cewek. Ben  tidak semudah itu berubah. Diana sudah menganggap ini adalah keputusan terbaik.

Di sekolah...
“hei na, “ Indri menyapa Diana. Diana tersenyum “hai ndri J
“ciee lagi seneng ya, sekarang udah senyum lagi. Gitu dong baru namanya Diana”
“iya dong. Ngapain sedih-sedih mulu”
“cie, cerita dong. Kenapa bisa seneng gitu”
“apa yang mau diceritain. Nggak ada apa-apa kok.Cuma 1 yang harus gue mengerti. Kalau jodoh nggak akan kemana. Kita putus berarti itu bukan jodoh kita kan. Diluar sana masih banyak cowok, diantaranya mugkin jodoh kita. Nggak usah sedih karena mantan. Karena mantan adalah jodoh yang tertunda, hahaha “ Diana tertawa.
“hhaha, iya bener. Nah gue seneng ngelihat lo ketawa lagi na. Jangan uring-uringan lagi”
“iya-iya, gue nggak akan uring-uringan lagi kok” Diana tersenyum kepada Indri.
“pulang sekolah jalan yuk. Kemana gitu” ajak Indri.
“ayo, jalan kemana ?”
“kita makan aja”
“sip” Diana mengacungkan jempol kepada Indri.

Sepulang sekolah...
“ayo, jadi nggak ?” Indri bertanya kepada Diana.
“jadi dong. Gue yang traktir deh”
“asiik di traktir. Sering-sering ya na”
“maunyaaa” sambil menyenggol Indri.
Diana dan Indri pun langsung pergi ke tempat biasa mereka sering makan dan nngkrong. Diana senang. Entah kenapa setelah percakapannya kemarin di telfon dengan Ben. Hatinya terasa plong. Diana merasa bebannya lepas. Ben akhirnya mengerti dan Diana pun bisa dengan tenang menjalani kesehariannya dengan biasa. Sesaat mereka tertawa, Diana melihat sosok itu lagi “Ben ?”
”oh Tuhan, kenapa harus dia lagi”
“kenapa na?” Indri bertanya kepada Diana. “ada Ben lagi ndri?”
“masa sih, dimana ?” Indri melihat sekeliling mencari sosok Ben.
“itu ndri ”
“oh iya bener, jangan-jangan lo itu sebenernya jodoh kali sama dia na”
“jodoh apaan sih” Diana kesal dengan perkataan Indri.
“ya buktinya kemana pun lo pergi pasti ada Ben terus”
“kebetulan aja kali itu mah, pergi yuk” ajak Diana
“tapi na. Makanannya kan belum habis”
“mau gue tinggalin”
“ih jangan dong na. ”
Diana dan Indri pun meninggalkan tempat itu. Dia nggak habis pikir kenapa setiap Diana pergi sosok Ben selalu muncul. Apa benar kata Indri tentang jodoh ? apa gue maafin Ben aja ? ahh nggak. Pokoknya nggak. Gue nggak mau jatuh di kesalahan yang sama.
Gue nggak mungkin maafin dia saat dia ngelakuin kesalahan itu pada gue. Apa ini cara lo Ben ngebales cinta yang udah gue kasih ke lo? Diana bertanya di dalam hatinya.
Ponsel Diana berbunyi. Ternyata ada sms masuk, dari Ben.
“apa lagi sih”
Na, gue pengen ketemu. Buat yang terakhir kali dan gue nggak akan ganggu lo lagi. Besok setelah pulang sekolah di tempat biasa

“buat apa lagi sih. Belum cukup apa sama perkataan gue waktu itu”
“siapa na” Indri bertanya penasaran.
“nih baca” Diana memperlihatkan sms Ben kepada Indri.
“udah turutin aja. Daripada lo terus-terusin di ganggu. Kemana-mana lo ketemu dia lagi. Mendingan lo temuin aja”
“iya juga sih. Gue risih juga kalo tiap gue kemana-mana ketemu dia mulu”
“yaudah besok mau gue temenin?”
“nggak usah ndri. Gue sendiri aja”
Diana dan Indri pun pulang. Di rumah Diana terus memikirkan hari esok. Upaya apalagi yang dilakukan Ben untuk merebut hati Diana. Kenapa dia terus mengganggu Diana bukankah dia sekarang sama selingkuhannya itu . Kalau dia menyesal kenapa dia selingkuh dibelakang Diana. Sekarang hati Diana sudah tertutup buat Ben. Dia yang melakukannya dan dia harus tanggung akibatnya. Dia tidak mungkin memiliki keduanya, tapi dia harus memilih salah satunya. Tapi Diana tidak mau kalau kalau Ben berbuat seperti ini lagi makanya Diana lebih baik mundur dan biarkan Ben bersama selingkuhannya itu. Tapi ternyata Ben masih terus mengganggu Diana. Entah apa yang mau Ben katakan lagi kepada Diana. Tapi besok adalah pertemuan terakhir. Setelah besok, gue bakal bebas. Diana berkata dalam hatinya.
Akhirnya Diana pun tertidur, tinggal bagaimana dia menhadapi hari esok bertemu dengan mantannya itu.

Keesokan harinya..
“hai na udah lama nunggu” Ben hari itu sangat rapih dia memang manis. Apalagi kalau dia tersenyum. Dan saat itu Ben sedang tersenyum kepada Diana. “na, jangan na” Diana berkata dalam hatinya untuk mencegah jangan sampai dia luluh karena senyumnya Ben.
“nggak kok” Diana menjawab seperlunya
“ohh, apa kabar na”
“baik. Oke langsung aja lo mau ngomong apa” Diana langsung terus terang kepada Ben tentang tujuannya mengiyakan pertemuan ini.
“nggak. gue pengen nostalgia aja sama lo na”
“oh itu aja” Diana langsung beranjak dari kursinya. Ternyata tangan Diana sudah ditarik oleh Ben “please na, sebentar aja “
“oke” Diana tersenyum hambar.
“na ingat waktu pertama kita ketemu?”
“ya waktu itu lo lagi ngeband, dan gue nonton lo”
“dan lo terpesona kan sama gue”
Diana kaget dengan pernyataan Ben. Memang dia akui saat itu Ben memang keren saat dia bermain bass di atas panggung. Saat itu Diana memang langsung terpesona dengan Ben.
“dan setelah itu kita lebih sering ketemu kan na” Ben terus memperpanjang perkataannya.
“gue pengen dari awal lagi kayak waktu dulu na”
“udah nggak bisa Ben. Udah berapa kali gue bilang. Gue nggak bisa lagi sama lo”
“udah nggak ada lagi perasaan lo buat gue na”
“udah habis sama perbuatan lo”
“lo nggak bisa maafin gue lagi ?”
“Ben, mudah ya lo minta maaf setelah apa yang lo lakuin sama gue?”
Ben hanya terdiam. “dimana perasaan lo Ben, saat lo lakuin itu ke gue. Apa ini balasan lo atas semua perasaan gue ke lo”
Diana melontarkan kata-kata menyakitkan kepada Ben. “lo nggak ngerasain jadi gue Ben. Coba lo jadi gue pasti lo bakal ngelakuin hal yang sama ke gue”
Seketika Diana langsung meninggalkan Ben yang hanya teridiam. Ben hanya bisa menyesali perbuatannya, nasi sudah menjadi bubur. Dan Diana tidak bisa dia miliki kembali. Hanya penyesalan yang ada pada Ben. Sedangkan Diana lega mengatakan semuanya itu kepada Ben, tadi adalah pertemuan terkahir. Dan Diana tidak akan bertemu lagi dengan mantannya tersebut. Sambil berjalan Diana menoleh ke arah Ben dan berkata “ walau lo udah nyakitin gue Ben. Tapi gue nggak nyesel pernah cinta sama lo. Karena gue yang memilih lo” Diana pun pergi dari tempat itu.

THE END




Komentar

Postingan populer dari blog ini

refrain I

Curhat!

Review Novel CINTA. (baca:Cinta dengan titik)